Tuesday, May 21, 2013

Pelatihan Metode Granada di Gorontalo

IMQ road Show ke 3 :

Berantas Buta Bahasa Alqur'an masyarakat Muslim di Nusantara
Indonesia adalah negeri dengan ummat Islam terbesar di dunia, adalah bukti bahwa Islam sebagai agama yang mendapatkan hati di negeri ini, negeri yang kaya raya akan berbagai sumber daya alam dan manusianya. Tetapi sangat disayangkan, ummat Islam yang jumlahnya mayoritas di negeri ini dalam keadaan rata-rata terbelakang secara agama, karena mayoritas mereka tidak dapat membaca al Qur’an, apalagi bisa menerjemahnya dan mengerti tafsirnya. Kesadaran tentang pentingnya mempelajari al Qur'an dan menyikapinya sebagai
suatu kitab yang berisi petunjuk, sumber kebahagiaan dan ketenangan dunia akhirat perlu dibangun secara serius.

Dibutuhkan curahan tenaga dan pemikiran yang besar karena memang merupakan jihad yang besar jika setiap muslim memperjuangkan nilai-nilai Islam yang ada di al Qur'an.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Yayasan Indonesia Menerjemah Alqur'an mencanangkan suatu langkah untuk membangkitkan gairah dan menghilangkan dahaga Ummat Muslim akan kecintaan terhadap al Qur'an yaitu dengan mengadakan kegiatan Indonesia Menerjemah al Quran, sebuah aktifitas massal, bahu-membahu membantu muslim/at dalam menerjemah al Quran dengan metoda Granada, sedemikian hingga al Quran menjadi lebih mudah dipahami, lebih mudah dimengerti dan diamalkan oleh ummat Islam

Metoda Granada menekankan pendekatan 4 langkah, melalui cara menghitung huruf dalam menerjemah al Quran. Keistimewaan metode ini terletak pada Nahwu Shorof dalam satu halaman serta dilengkapi dengan kamus yang dirancang khusus memuat semua kosakata dalam alqur'an, karenanya cukup dalam waktu delapan jam bisa menerjemah Alqur'an. Dengan latihan yang terus menerus Insya Allah diperoleh ketrampilan menerjemah dengan benar. Efek percepatan pemahaman akan menambah keleluasaan waktu bagi muslim/mat untuk dapat memahami hal-hal lain lagi yang bermanfaat bagi perkembangan umat. Tim Indonesia Menerjemah al Quran berharap gerakan ini disambut oleh muslim di Indonesia sedemikian pewujudan masyarakat yang melek bahasa al Quran dapat menjelma segera.
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al Qur’an untuk dipelajari. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran". QS. al Qomar 17,

Untuk merealisasikan cita-cita besarnya, Indonesia Menerjemah Alqur'an dalam satu tahun ini mengagendakan pelatihan gratis untuk seribu calon tutor yang tersebar di sepuluh provinsi yang ada di nusantara. Dengan asumsi setiap satu orang tutor ke depannya akan mengajarkan kembali metode ini kepada seratus orang maka pada tahun 2030 insya Allah minimal 10 persen ummat muslim Indonesia saudah bisa memahami apa yang mereka baca dari Alqur'an. Dimulai dari masjid Ittihadul Muhajirin Tangerang, Banten, tim IMQ terbang menuju Bali untuk memberikan pelatihan kepada 100 orang guru Madrasah se-Bali yang diadakan di Pesantren Nurul Ikhlas, Jembrana, Negara - Bali.

Pada tahap ke-tiga ini, pelatihan metode Granada diadakan di MAN Insan cendekia Gorontalo pada Sabtu-Ahad/18-19 Mei. Pelatihan kali ini diikuti oleh sekitar 440 peserta dengan komposisi 330 orang dari siswa –siswi MAN Insan Cendekia, 100 orang guru se-provinsi Gorontalo dan 10 anak SD kelas 4, 5, dan 6 sebagai sample.

Acara dimulai dengan registrasi peserta pada jam setengah delapan pagi, dilanjutkan dengan pemaparan materi pembukaan metode Granada hingga pukul 11. Kemudian tepat pukul 11 WIG acara opening ceremony dimulai. Dipandu oleh MC dua orang siswa/i Insan Cendekia, Anwar Kirom dan Citra Atrina Sari dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris membuat acara penuh khidmat. Setelah diawali dengan lantunan merdu ayat-ayat alqur'an yang dibacakan oleh siswa Insan Cendekia, Dzulkifli Safarudin Melangi, opening ceremony dilanjutkan dengan sambutan. Sambutan pertama dari pihak kepala sekolah Insan Cendekia, pak Joko Miranto, S. Si, M.Pd, selaku fasilitator dalam pelatihan ini, kemudian disambung oleh Ust. Sholihin, penemu metode Granada, mewakili IMQ dan diakhiri oleh Kanwil Depag RI untuk Gorontalo, Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd, sekaligus membuka acara pelatihan Indonesia Menerjemah Alqur'an tahap ke- 3 secara resmi.

Dalam sambutannya Pak Joko berharap MAN Insan Cendekia bisa menjadi pilot project dari Agenda IMQ untuk memberantas buta bahasa Alqur'an di kalangan masyarakat Muslim Indonesia. Hal ini beliau ungkapkan mengingat latar belakang para siswa Insan Cendekia cukup bisa mewakili berbagai daerah yang ada di seluruh Nusantara. Setali tiga uang dengan itu, pak Kanwil berharap pelatihan kali ini bisa memberikan hasil positif sehingga untuk tahun depan program menerjemah alqur'an dengan metode Granada bisa menjadi bagian dari agenda Depag gorontalo untuk memberi warna baru bagi geliat masyarakat Gorontalo dalam mempelajari kitab suci ummat Islam yang diyakini merupakan problem solving bagi permasalahan bangsa.

Setelah pemberian cindera mata dari tim IMQ kepada MAN Insan Cendekia Gorontalo dan Kakanwil Depag Gorontalo, menjelang zuhur, opening ceremony akhirnya ditutup dengan doa yang dipimpin oleh santri Insan Cendekia, Rahmat Kudus Zaelani.

Setelah solat zuhur dan makan siang pelatihan metode Granada dimulai kembali. Peserta dengan dipandu ust. Solihin beserta tim begitu antusias mengikuti pelatihan. Peserta dari anak-anak SD terlihat begitu cerdas menghitung huruf dan mencari kata dasar setiap kosakata dari ayat alqur'an yang diberikan oleh instruktur. Sebut saja Fikri, siswa kelas IV SD yang baru berusia 10 tahun itu, meski baru datang 4 jam setelah pelatihan berlangsung dikarenakan aktifitas belajarnya di sekolah, berhasil mengikuti dan menerima materi pelatihan dengan baik, beberapa kali Fikri menjawab dengan lugas dan benar pertanyaan dari beberapa mentor termasuk pertanyaan oleh ust Solihin. Seperti pertanyaan tentang akar kata dari الْمُفْسِدُوْنَ , Fikri segera membuka table nahwu dan sharaf dalam satu halaman kemudian menghitung huruf dengan cepat dan langsung mengidentifikasi akar kata dari kata tersebut yaitu فَسَدَ .

Kemudian Fikri juga dengan semangat membuka kamus ringkas yang diberikan kepada masing-masing peserta untuk bisa menemukan arti dari akar kata فَسَدَ untuk kemudian menemukan kata الْمُفْسِدُوْنَ pada turunannya yang memiliki arti: orang-orang yang membuat kerusakan. Begitu pula dengan beberapa sahabat Fikri lainnya yang turut hadir pada pelatihan itu diantara lain Atalla, Yakhsyi, Khairullah, Naufal, Fauzan, Lala, Widi dan lainnya.

Pada hari pertama pelatihan metode Granada sampai pada langkah ke 3. Peserta begitu antusias sehingga mereka tidak mau tertinggal untuk menyelesaikan langkah yang terakhir yaitu praktik menerjemah al Qur'an dengan metode Granada dibantu dengan kamus ringkas al Qur'an yang disusun oleh Ust Solihin BA pada hari kedua, ahad 19 Mei. (Bani/Bayu)

No comments:

Post a Comment